banner 970x250
Daerah  

Petani Padi Karawang Menjerit, Harga Pupuk Mahal, Pemerintah Diminta Turun Tangan

banner 120x600
banner 468x60

Inpopedia, Karawang – 2 Juli 2025Petani padi di Kabupaten Karawang kembali menyuarakan keluhannya terkait kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Dua orang petani, Haji Endang dan Suhada, meminta pemerintah tidak mempersulit akses terhadap pupuk pertanian yang sangat dibutuhkan petani kecil.

“Kami beli pupuk non-subsidi jenis urea dan poska sampai Rp300 ribu per kwintal. Itu bukan dari pemerintah, harganya mahal sekali,” keluh Haji Endang saat diwawancarai awak media di areal persawahannya, Selasa (2/7).

Menurut mereka, hingga kini belum mendapat akses kartu tani yang menjadi syarat utama untuk memperoleh pupuk bersubsidi. Padahal, harga pupuk subsidi hanya sekitar Rp260 ribu per kwintal, selisih signifikan dengan harga pasaran pupuk non-subsidi.

Keduanya mengelola lahan sawah masing-masing seluas satu hektare, dengan jenis padi yang ditanam adalah Ciherang dan ketan. Padi tersebut memiliki masa panen sekitar 100 hari atau tiga bulan.

“Dalam satu musim panen kami bisa menghasilkan lima ton padi. Jika dihitung dua kali panen dalam enam bulan, kami bisa mendapatkan sekitar 30 juta rupiah. Artinya, satu bulan kami hanya untung sekitar lima juta rupiah, itu pun masih kotor,” jelas Suhada.

Meski demikian, baik Haji Endang maupun Suhada mengaku tetap setia bertani karena mengikuti jejak orang tua mereka. “Sudah turun-temurun. Ada kebanggaan tersendiri bisa menjadi petani dan ikut menjaga ketahanan pangan nasional,” tambah Haji Endang.

Namun, mereka berharap pemerintah lebih peduli terhadap nasib petani. Menurutnya, pemerintah perlu turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi nyata petani dan memberikan solusi konkret.

“Kami ingin pertanian Indonesia lebih maju. Jangan sampai kalah dari Thailand dan Jepang. Kalau perlu, petani kita harus belajar ke sana. Dan yang paling penting, PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) harus hadir di tengah petani, memberi arahan dan bimbingan yang jelas,” tegas Suhada.

Ia menambahkan, petani bukan hanya mencari untung, tetapi juga berkontribusi terhadap kedaulatan pangan Indonesia. Karena itu, keberpihakan pemerintah sangat dibutuhkan agar petani terus bisa bertahan dan berkembang di tengah tantangan zaman.

Editor: Nesin Sasmita

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *