Inpopedia, Bekasi, 8 September 2025-Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Horenso Indonesia resmi melepas peserta magang ke Jepang dan program Ausbildung ke Jerman. Acara ini dihadiri langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya pendidikan berbasis praktik serta pembentukan karakter generasi muda.
Dalam pidatonya, Kang Dedi menyampaikan bahwa pola pendidikan di Indonesia harus lebih banyak menekankan praktik dibanding teori. Menurutnya, kemampuan seseorang tidak ditentukan oleh lamanya sekolah, melainkan sejauh mana ia menghayati hidup dan mengamalkan ilmu dalam kehidupan nyata.
“Kalau anak SMK otomotif belajar tiga tahun, mari kita bandingkan dengan anak yang enam bulan ditempatkan langsung di bengkel. Siapa yang lebih hebat? Enam bulan di bengkel bisa jauh lebih terampil. Maka, waktu yang panjang sebaiknya digunakan untuk membentuk karakter manusia melalui praktik,” tegas Kang Dedi.
Ia juga menyoroti lemahnya pendidikan etika di sekolah-sekolah. Menurutnya, banyak lulusan pintar secara teori tetapi rendah dalam sikap dan etika. Padahal, kata Kang Dedi, keberhasilan manusia selalu berawal dari etika.
“Etika itu adalah sikap. Di sekolah tidak diajarkan sikap, akibatnya banyak fasilitas malah disalahgunakan. Celurit untuk bertani digunakan untuk melukai orang. Ini karena pendidikan kita tidak mengajarkan etika,” ujarnya.
Kang Dedi menekankan bahwa pendidikan sejatinya harus melahirkan penghayatan dan pengamalan hidup. Ia memberi contoh bagaimana salam dan sapaan sehari-hari harus disertai penghayatan, sebab sikap adalah dasar dari industrialisasi.
Selain itu, ia meminta agar kebutuhan tenaga kerja di Jawa Barat pada tahun 2026 segera dipetakan, agar sekolah bisa menyiapkan lulusan sesuai kebutuhan industri. Pola pendidikan yang disiplin, terarah, dan berbasis praktik diyakini akan melahirkan generasi berkarakter kuat, intelektual tinggi, emosional kokoh, serta spiritual mendalam.
Kang Dedi juga membagikan pengalamannya saat menjadi Bupati Purwakarta, ketika ia mendirikan Sekolah Manajer. Dari program itu, ratusan anak-anak buruh dan masyarakat kurang mampu berhasil menjadi manajer di berbagai perusahaan. Hal itu, menurutnya, menjadi bukti bahwa anak-anak Indonesia memiliki potensi besar asalkan sistem dan lingkungannya mendukung.
Menutup sambutannya, Kang Dedi berpesan agar para peserta magang dan Ausbildung tidak hanya mencari pengalaman di luar negeri, tetapi juga mampu membawa ilmu, etika, serta semangat produktivitas untuk membangun bangsa.
“Kalian adalah aset bangsa. Di dalam diri kalian ada investasi besar dari orang tua, guru, dan negara. Jangan hanya bermimpi menjadi pekerja, tapi juga jadilah entrepreneur, pemimpin perusahaan, bahkan pemimpin politik di masa depan,” pungkasnya.
Acara pelepasan peserta magang ini menjadi momentum penting bagi Jawa Barat dalam mempersiapkan generasi muda yang siap bersaing di era industrialisasi, baik di dalam negeri maupun di kancah global. Rojak