banner 970x250

Mahasiswa Unisma Kampanyekan Pencegahan Kekerasan dan Bullying Lewat Media Sosial

banner 120x600
banner 468x60

Inpopedia, BEKASI, 7 Juli 2025 — Mahasiswa Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi kembali menunjukkan kepedulian sosialnya melalui kegiatan observasi dan pengabdian masyarakat yang digelar di Aula Lantai 3 PABU Foundation, Kota Bekasi, pada Senin (7/7).

Kegiatan ini mengangkat tema “Pengabdian Masyarakat melalui Kampanye Media Sosial dan Sosialisasi Pencegahan Kekerasan dan Bullying di Lingkungan Sosial Menengah.”

Acara ini merupakan bagian dari implementasi mata kuliah Kampanye Sosial di Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unisma Bekasi. Dalam kegiatan ini, mahasiswa yang tergabung dalam Tim Komunikasi Kejayaan menyampaikan kampanye non-politik mengenai isu kekerasan dan perundungan (bullying), khususnya di kalangan pelajar.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Pembina PABU Foundation, Dr. H.C. H. Qodiran, S.Pd.I., M.Si., Sekretaris Yayasan Lukmanul Hakim, serta dua dosen pembimbing dari Unisma, Dila Novita, S.Sos., M.Si. dan Amanda Morlian, S.Sos., M.Si. Turut hadir pula puluhan mahasiswa Ilmu Administrasi Negara yang menjadi pelaksana kegiatan kampanye sosial.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja binaan PABU Foundation, mengenai pentingnya mencegah kekerasan dan bullying di lingkungan sekolah maupun sosial. Kampanye dilakukan melalui pendekatan kreatif di media sosial, serta penyuluhan langsung agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh peserta.

Dalam sambutannya, H Qodiran mengapresiasi kolaborasi antara Unisma dan PABU Foundation. Ia menilai kegiatan ini sebagai langkah nyata yang bukan hanya mempererat silaturahmi, tetapi juga membawa dampak edukatif bagi masyarakat.

“Ini bukan sekadar kegiatan akademik, tetapi juga bentuk kepedulian mahasiswa terhadap realitas sosial di sekitar kita,” ujarnya.

Sementara itu, Dila Novita menekankan bahwa bentuk kekerasan seperti candaan merendahkan, intimidasi, dan diskriminasi harus diidentifikasi sejak dini karena berdampak buruk terhadap perkembangan anak.

“Kita ingin tanamkan kesadaran bahwa semua bentuk kekerasan, termasuk verbal dan psikologis, adalah pelanggaran menurut peraturan yang berlaku,” jelas Dila.

Amanda Morlian, dalam pemaparannya, menyampaikan bahwa korban bullying sering kali memilih diam, yang justru menambah keberanian pelaku untuk terus menekan.

“Diam bukan solusi. Lawan dengan tegas, bukan dengan kekerasan. Korban berhak melapor dan mendapat perlindungan hukum,” tegas Amanda.

Amanda juga mengingatkan bahwa bullying termasuk dalam pelanggaran hukum dan bisa dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman minimal 3 tahun penjara dan denda hingga Rp72 juta.

Amanda memberikan empat pesan penting bagi para korban bullying:

Jangan diam jika mengalami kekerasan.

Tanggapi dengan berani dan asertif.

Laporkan kepada orang dewasa atau pihak sekolah yang dipercaya.

Tetap jadi diri sendiri dan buktikan kemampuan secara positif.

Ia juga menyoroti munculnya budaya geng atau kelompok eksklusif di kalangan pelajar perempuan yang kerap melahirkan bentuk bullying sosial seperti pengucilan.

Kegiatan ini juga menyampaikan enam strategi preventif dalam upaya mencegah bullying di lingkungan pendidikan:

Edukasi Rutin tentang Bullying: Melalui kelas dan kegiatan sekolah seperti upacara bendera.

Pembentukan Satgas Anti-Bullying: Tim khusus yang tanggap terhadap laporan.

Pelibatan Semua Pihak: Guru, siswa, orang tua, hingga staf sekolah terlibat aktif.

Aturan dan Sanksi Tegas: Konsistensi dalam penegakan aturan terhadap pelaku.

Budaya Apresiasi dan Empati: Membangun lingkungan yang positif dan saling menghargai.

Pendidikan Karakter Terintegrasi: Penanaman nilai-nilai seperti toleransi, tanggung jawab, dan kejujuran.

Kegiatan ini disambut antusias oleh peserta, baik dari pihak mahasiswa maupun anak-anak binaan PABU. Kolaborasi ini diharapkan menjadi langkah awal bagi kerja sama berkelanjutan antara Unisma Bekasi dan PABU Foundation dalam menangani isu-isu sosial, khususnya terkait perlindungan anak dan remaja dari kekerasan.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *