Inpopedia, Bekasi – Pondok Pesantren (Ponpes) Putri Khodijah Ummul Mu’minin menggelar wisuda Tahfizh & kelulusan santri bertempat di Kp Keraton no. 102 RT, 25 RW 02, Segarajaya Kecamatan Tarumajaya kabupaten Bekasi Jawa Barat, Minggu 9 Juni 2024.
Kelulusan santriwati dipimpin Ustaz Erwin Saputra S.Pd pendiri Ma’had Ponpes Putri Khodijah Ummul Mu’minin, dihadiri para pengajar dan walisantri wati, maupun pembina dan juga para santri.
Dalam kesempatan tersebut diumumkan juga peraih penghargaan santri berprestasi tingkat Ulyaa, Wustho, dan Ulaa. Disusul penyematan tanda kelulusan telah usai jenjang (Salafiah Wustho), yaitu kepada “Najmi Lifnihul Hayat “Hafidzoh” tujuhbelas Juz”, Innayah Afra Ghaida hafidzoh duabelas Juz, Reizika Najwa Hany hafidzoh duabelas Juz, Humaidah Nurahma hafidzoh sembilan Juz, Khansa Khalilah Ahmadi Putri hafidzoh delapan Juz, Aqillah Azahra hafidzoh sembilan Juz, Shofwah hafodzoh tujuh Juz,”.
Dilanjut dengan pemberian piagam kepada tiga wisudawati tafidzul Qur’an kepada, Hanin pemenang Juara satu tafidzul Qur’an jumlah hafalan 30 Juz, Aisyah pemenang Juara dua tafidzul Qur’an, juara ke 3.
Sesi berikutnya pesan dan kesan perwakilan jenjang Salafiyah Wustho yang dibawakan oleh Shofwah.
Suasana haru saat perwakilan wisudawati yang terpilih menjadi santri berprestasi menyampaikan kesan pesannya selama mengemban pendidikan di Pondok Pesantren kemudian dilanjutkan kesan pesan oleh perwakilan santri lainnya.
Ustadz Erwin Saputra S.Pd lahir di Jakarta, tanggal 28 Agustus 1976 yang sedang kuliah di institute ilmu Qur’an tafsir. Adalah pendiri Pondok Pesantren Putri Khodijah Ummul Mu’minin mengemukakan, visi – misi Pondok Pesantren Putri Khodijah Ummul Mu’minin, membangun peradaban. Mengikuti kembali Allah dan Rasulnya dengan pengajaran yang sesuai sunnahnya. Sunnah para sahabat, sunnah para tabi’in – tabi’in dan sunnah ulama – ulama yang bermanhaj Salafussaleh.
Pesantren merupakan lentera bagi kehidupan manusia, membimbing langkah para santriwati menuju masa depan yang cerah dan mencerahkan. “Dengan keterbatasan pembangunan Pondok Pesantren ini, bermula dari keluarga, kemudian mengajak kepada lingkungan, mengajak keluarga , yang ingin mengembalikan bagaimana ingin hidup kembali kepada sunahnya dan bagaimana tujuan utama masuk surga bareng- bareng (insyaallah).”
Untuk menjawab tantangan globalisasi era digital sekarang, pimpinan Pondok Pesantren Ustadz Erwin Saputra S.Pd, “sudah direncanakan (insyaallah) untuk kelas tiga semester akhir dipersiapkan komputer, dan juga bersaing dengan Intelegent Technologi (IT), kalo di ujian sudah menggunakan berbasis komputer, laptop, atau HP. “Tetapi lebih penting dari itu semua, adalah adab, akhlaq ini bisa menggunakan tehnologi biar barokah katanya.”
“Banyak digunakan kepinterannya, kerja kerasnya, berbagai macam tapi karena adabnya ga diajarkan akhirnya banyak masalah. Tehnologi ini berdampak baik kalau dipakai dalam syariah.”
Menganut sistem pendidikan satu pipa (pipe education) mulai dari Sekolah Dasar kalo sudah berkembang, nantinya sudah lancar, dan Sekolah Menengah Pertama sudah berjalan. Pada angkatan kelas Tiga Madrasah Aliyah (MA) pihak pesantren memberi kesempatan untuk magang. Dia bisa punya kemampuan menangani anak – anak Taman Kanak – Kanak (TK), anak – anak Sekolah Dasar (SD), jadi itu yang terapkannya dan juga kuliahnya pun ada dengan bahasa arabnya, yang akan dijalankan dari Ma’had sini. Kelas tiga MA yang sudah punya kapasitas, punya kemampuan baik, adanya baik, kemudian juga punya kompetensi, sudah mulai dengan kuliah.
Tidak ada persyaratan khusus kecuali adanya kesiapan calon santriwati untuk berkomitmen belajar mengikuti ketentuan yang ada, namun untuk persyaratan itu sendiri merupakan teknis.
Pengajar di Ponpes ada tujuh, terdiri dari empat ikhwan, tiga akhwat, MTS dan MA tigapuluh, MI tujuh, jumlah total tigapuluh sembilan santriwati. Disesuaikan dengan kapasitas gedung karena vasilitasnya juga belum siap untuk kesana. Salah satu pengajar yang kami temui adalah ustadz Heru Abuhani kelahiran Magelang, 6 Juli 1982 adalah pengajar di Ponpes ini.
Materi ilmu Syakhi dengan berbasis, bahasa Arab dan tahfidz Qur’an yang pokok diPonpes ini. Dan di Ma’had ini tidak mentargetkan tigapuluh Juz. Musrifah sendiri, metargetkan luthi’in (berapapun pencapaian yang didapatkan thalitat santriwati). Dia menginginkan pada posisi mu thi, sehingga progres yang ajarkan bukan banyaknya, tapi kualitas hafalannya meskipun sudah ada santriwati yang hafal tigapuluh Juz. Bahasa arabnya merupakan sebagai ilmu dasar untuk masuk disiplin seluruh ilmu dalam agama. Sehingga diberikan stresing didua mata pelajaran tahfidz dan bahasa Arab. Selain itu ada materi – materi Diniyah, fiqih, shir’ah dan aqidah. Yang utama kemudian ada adab dan akhlak masuk materi utama didalam pelajaran.
Kriteria pengajar harus memenuhi syarat disesuaikan mengikuti regulasi pemerintah. Secara umum seluruh pengajar memiliki Strata satu di Ponpes ini. Mengacu kepada regulasi yang ada hampir semua memiliki standar regulasi yakni strata satu.
(Riz)