banner 970x250

SEAMEO BIOTROP Latih Guru Tentang Teknik Kultur Jaringan Tanaman

banner 120x600
banner 468x60

Bogor, Kemendikdasmen – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui SEAMEO BIOTROP (Pusat Regional Asia Tenggara untuk Biologi Tropis) menunjukkan keseriusannya dalam meningkatkan kemampuan pendidik Indonesia melalui penyelenggaraan webinar dan Pelatihan Kultur Jaringan Tanaman. Acara ini berlangsung dari 17 hingga 20 Juni 2025 di Bogor, Jawa Barat.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pendidikan yang berfokus pada konservasi keanekaragaman hayati tropis, yang menjadi salah satu prioritas lembaga untuk mendukung perubahan dalam pendidikan sains dan lingkungan di Indonesia.
Pelaksana tugas (Plt. ) Direktur SEAMEO BIOTROP, Elis Rosdiawati, menekankan dalam sambutannya bahwa kegiatan ini merupakan langkah untuk memperkuat pemindahan pengetahuan berbasis laboratorium dan konservasi kepada para guru yang berperan sebagai agen perubahan.
“Kami berharap lulusan pelatihan ini dapat membantu membangun sekolah yang fokus pada lingkungan dan sains tropika,” tambah Elis.
Dalam kesempatan yang sama, Nuril Furkan, perwakilan dari Direktorat Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus, Kemendikdasmen, menyampaikan apresiasinya atas kontribusi SEAMEO BIOTROP dalam memberikan wawasan kepada guru-guru. “Terutama melalui penyediaan ruang belajar dan praktik teknologi biologi tropika, khususnya mengenai teknik kultur jaringan untuk guru-guru di Indonesia,” jelasnya.
Kegiatan ini dimulai dengan webinar nasional pada hari Selasa (17/6) yang diikuti sekitar 300 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk guru, mahasiswa, akademisi, dan pelaku dalam dunia pendidikan. Acara ini menghadirkan para ahli biologi tumbuhan terkenal seperti 1) Amien Suseno dari Universitas Padjadjaran; 2) Siti Halimah Larekeng dari Universitas Hasanuddin; 3) Bambang Sapto Purwoko dari IPB University; dan 4) Dewi Suryani, Manajer Departemen Human Centre and Innovation dari SEAMEO BIOTROP.
Doni Yusri, Deputi Direktur Bidang Program SEAMEO BIOTROP sekaligus moderator, menyatakan bahwa biologi tropika berfungsi sebagai penghubung antara sains dan konservasi, dengan para guru berperan penting dalam mentransfer pengetahuan ini kepada generasi mendatang.
Pelatihan tatap muka juga diselenggarakan untuk memberikan pengalaman praktik langsung bagi 30 guru terpilih dari 27 sekolah di Laboratorium SEAMEO BIOTROP. Materi pelatihan mencakup pembuatan media tanam, sterilisasi eksplan tanaman kehutanan dan hortikultura, subkultur, dan aklimatisasi tanaman.
Setiap peserta diharuskan membuat rencana aksi sebagai bagian dari strategi keberlanjutan pelatihan, yaitu tindakan yang akan mereka laksanakan di sekolah masing-masing. Rencana aksi ini juga akan menjadi ukuran keberhasilan pelatihan dan acuan bagi SEAMEO BIOTROP untuk menilai dampak kegiatan di tingkat pendidikan.
Komponen rencana aksi meliputi integrasi materi kultur jaringan dalam pembelajaran biologi atau pertanian, rencana praktikum atau proyek sains berbasis kultur jaringan, pengembangan mini laboratorium di sekolah (jika memungkinkan), serta kerjasama sekolah dengan institusi lain untuk menerapkan hasil pelatihan.
Lebih jauh, dalam sesi tersebut, Dewi Suryani membahas teknik modern dalam penerapan kultur jaringan untuk mendukung pertanian berkelanjutan serta penerapannya di sekolah dan teaching factory BIOTROP. Ia menegaskan bahwa tujuan pelatihan ini adalah membangun jaringan guru penggerak biologi tropika yang dapat mengembangkan inovasi dalam pembelajaran dan mendorong terciptanya sekolah yang berorientasi pada konservasi.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan terbentuk komunitas pendidik yang dapat mengintegrasikan ilmu biologi dan semangat konservasi dalam budaya belajar di sekolah. Melalui pendekatan kolaboratif dan tindakan nyata, kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kapasitas guru dan membangun sistem pendidikan Indonesia yang lebih responsif, kontekstual, dan berkelanjutan.
Pelatihan ini juga dipandu oleh tim pengajar dari SEAMEO BIOTROP yaitu Lillys Betty Yuliawati, Rosadi Kertawijaya, Agus Suryani, Dwi Cahyono, dan Muhammad Yusuf. Dengan adanya dukungan dari fasilitas teaching factory, pelatihan disusun dengan cara interaktif melalui gabungan teori, praktik di laboratorium, diskusi kelompok, dan penilaian hasil belajar. (Wahyudin )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *